Jumat, 08 Juni 2012

Kajian Filsafat Empirisme

Kajian Filsafat Empirisme
Dalam ilmu pengetahuan yang paling berguna, pasti dan benar itu deperoleh orang melalui inderanya. Empirislah yang memegang peranan amat penting bagi pengetahuan, malahan barangkali satu-satunya dasar pendapat di atas itu disebut empirisme.

Empirisme merasa puas untuk menggarap hasil pekerjaannya dalam bidang materi hanya sebagai hipotesa yang dapat diubah menurut pengalaman di kemudian hari. Pada perkembangannya, empirispun diupayakan menjadi radikal dengan klaimnya harus tidak menerima dalam bentuknya unsur apa saja yang tidak dialami secara langsung atau mengeluarkan dari bentuknya unsur yang dialami secara langsung. Pengalaman-pengalaman dan fakta-fakta kehidupan sehari-hari merupakan dasar, realitas adalah hal yang dialami baik merupakan benda atau perubahan keadaan.
1.    Pengertian Empirisme
Beberapa pemahaman tentang pengertian empirisme cukup beragam, namun intinya adalah pengalaman
Di antara pemahaman tersebut antara lain:
a.    Empirisme berasal dari kata Yunani empirikos yang berasal dari kata empeiria, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamnnya. Bila dikembalikan kepada kata Yunaninya pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena ia menyentuhnya, gula manis karena ia mencicipinya.
b.    Empirisme adalah faham filsafat yang mengajarkan bahwa benar adalah yang logis dan ada bukti empiris. Menurut empirisme yang benar adalah anak panah bergerak sebab secara empiris dapat dibutktikan bahwa anak panah itu bergerak. Coba saja perut anda menghadang anak panah itu perut anda akan tembus, benda yang tembus sesuatu haruslah benda yang bergerak.
c.    Empirisme dalam bahasa Inggris, empiricism; dari Yunani empeiria, empiris (berpengalaman dalam, berkenalan dengan, terampil untuk) latin experienta (pengalaman). Empirisme adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman. Salah satu teori mengenai asal pengetahuan.
d.    Secara etimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani empeiria yang berarti pengalaman.
2.    Konstruk Empiris
Rome Harre dalam tulisannya “Varieties of Realism (1986)” membedakan tiga realm (domein) entitas empirik sebagaimana dinukil Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir.
a.    Realm 1 adalah entitas empirik yang dapat ditangkap dengan panca indera manusia. Benda-benda yang bisa diamati indera manusia adalah nyata. Yang benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil benda itu yang menunjukkan sifatnya.
b.    Realm 2 adalah entitas empirik yang tidak dapat ditangkap panca indera secara langsung.
Mikro-organisme, senar X merupakan entitas empiris yang hanya dapat ditangkap panca indera kita dengan instrumen. Entitas empiris realm 2 ini merupakan evidensi instrumentatif. Benda-benda yang bisa diamati walaupun dengan alat bantu karena memiliki sifat kebendaan sehingga bisa ditangkap dengan panca indera adalah nyata.
c.    Entitas empirik realm 3 adalah evidensi seperti neutron, chip dengan berjuta fungsi dan lain-lain. Entitas empirik realm 3 dapat dibuktikan dengan terapan disertai penjelasan teoretik logik.
Prof. Dr. Noeng Muhadjir membedakan konstruk empirik atas pengahanyatan empirik sensual, penghayatan empirik logik, penghayatan empirik etik dan penghayatan empirik transendental. konstruk empirik ini ternyata lebih detail dan datarannya lebih berlanjut. Namun bila dikorelasikan denga pendapat Rome Hare sebenarnya sangat berhubungan dan saling mendukung.
Entitas empirik realm 1 termasuk dalam penghayatan empirik sensual. Sedangkan realm 2 dan realm 3 termasuk dalam penghayatan empirik logik. Penghayatan konstruk empirik tersebut dapat diteruskan pada dataran berikutnya, yakni penghayatan empirik etik dan penghayatan empirik transendental.
Dengan meminjam konsep entitas emprik Rome Harre barangkali telaah entitas emprik konsep Noeng Muhadjir; entitas empirik bisa dikategorikan sebagai realm 4. Entitas empirik etik secara konseptual merupakan entitas empirik yang kebenarannya dapat dibuktiakan dengan uji koherensi pada values yang diakui sebagai kriteria moral universal.
Penghayatan empirik transendental dapat pula disebut sebagai realm 5. Realm 5 ini merupakan entitas empirik yang dapat dihayati oleh banyak orang dalam tampilan rahmah, himah, maghfirah dan semacamnya. [14] karena bersifat pribadi perseorangan namun bisa juga dialami oleh banyak orang dalam term yang bervariatif berdasar tingkat keimanan maupun rasio yang mereka miliki.

0 komentar:

Posting Komentar