Selasa, 03 Juli 2012

Membudidayakan Udang Windu

MEMBUDIDAYAKAN UDANG WINDU
Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas jumlah 13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran, sebagian besar terdiri dari udang laut, hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari air tawar,  terutama di daerah sungai besar dan rawa dekat pantai, air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga palamonidne, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai keluarga udang palamonid, contohnya yang terkenal adalah udang galah, (Macrobrachium ronserbergil)

Udang laut sendiri, terutama terdiri dari udang-udang dalam keluarga penaeidae, yang bisa disebut udang panaeid oleh para ahli. Disamping itu terdapat juga udang-udang dari keluarga lain, tapi umumnya kurang begitu popular seperti udang panaeid. Diantara mereka berasal dari keluarga palimuridae, scyilaridae dan suku stomatopoda.
Dalam hal ini yang akan dibahas adalah udang windu dalam bahasa – bahasa daerah udang ini dinamakan juga sebagai udang pancet, udang bago, udang lotong, liling, udang baratan, udang palaspan, udang tepus dan udang userwedi. Dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama “Tiger Prawn” kadang-kadang diembel-embeli gelar lain lagi, sehingga sering dijuluki sebagai “Jumbo Tiger Prawn” udang dewasa yang hidup di laut berwarna merah cerah kekuning-kuningan dengan sabuk-sabuk melintang di badan. Ujung kaki renang berwarna merah. Pada udang muda warna tersebut agak pucat. Pada badannya terdapat titik-titik hijau kulitnya keras.
Cucuk kepala (rostrum) tumbuhan kuat sekali, ujungnya lengkung keatas berbentuk seperti S gigi bagian atas 7 buah, sedangkan gigi bagian bawah 3 buah, sehingga rumus gigi rostrumnya adalah 7/3. bisa hidup di perairan pantai yang berlumpur atau berpasir. Terdapat diperairan laut antara Afrika Selatan dan Jepang dan antara Pakistan Barat sampai ke Australia Utara termasuk udang panaeid yang terdapat mencapai ukuran besar udang ini sering tertangkap dengan alat trawi, jarring klitik, pukat tepi, potol, cantrang dan dogol.
Oleh karena itu budidaya udang sangatlah bermanfaat bagi manusia, adapun manfaatnya adalah :
  1. Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu 21 %, dan rendah kolesterol, karena kandungan lemaknya hanya 0,2%. Kandungan vitaminnya dalam 100 gram bahan adalah vitamin A 60 SI/100; 
  2. Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering, kaleng, terasi, krupuk, 
  3. Limbah pengolahan udang yang berupa jengger (daging di pangkal kepala) dapat dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan hidrolisat protein.
  4. Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang, sebagai sumber kolesterol bagi pakan budidaya udang.
  5. Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di Negara maju sudah dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil, kertas, dll.
  6. Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam industri kain, karena tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna dengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.

B. PEMBAHASAN

1. MORFOLOGI UDANG
Kalau kita bekerja dengan udang windu, maka kita perlu mengenal barang sedikit tentang pribadi udang, sebab banyak sekali atau sedikit, sifat-sifat pribadi mereka akan sangat berpengaruh pada usaha pemeliharaannya.
a. Bagian-bagian tubuh
Hal ihwal mengenai bagian-bagian tubuh biasa dinamakan morfologi, apabila kita hanya mempelajari bentuk-bentuk luar saja. Dilihat dari luar, tubuh udang terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang, bagian depan disebut bagian kepala, yang sebenarnya terdiri dari bagian kepala dan dada yang menyatu. Oleh karena itu dinamakan kepala dada (cepholothoray). Bagian perut (abdomen) terdapat ekor di bagian belakangnya.
Semua bagian badan beserta anggota-anggotanya terdiri dari ruas-ruas (segmen). Kepala-kepala terdiri dari 13 ruas, yaitu kepalanya terdiri dari 5 ruas dan dadanya 8 ruas sedangkan bagian perut terdiri dari 6 ruas. Tiap ruas badan mempunyai sepasang anggota badan yang beruas pula. Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut eksosketelon, yang terbuat dari bahan chitin. Kerangka tersebut mengeras, kecuali pada sambungan-sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan. Hal ini dapat memudahkan mereka untuk bergerak.
Bagian kepala dada tertutup oleh sebuah kelopak yang kita namakan kelopak kepala atau cangkang kepala (carapace) dibagian depan kelopak kepala terdapat mata majemuk yang bertangkai dan dapat digerak-gerakkan. Mulut terdapat dibagian bawah kepala diantara rahang-rahang (mandibula) di kanan kiri sisi kepala, tertutup oleh kelopak kepala, terdapat ingsangnya.
Dibagian kepala terdapat anggota – anggota tubuh lainnya yang berpasang-pasang. Berturut-turut dari muka ke belakang adalah sungut kecil (antennula), sirip kepala (scophocerit) sungut besar, rahang, alat-alat pembantu rahang yang terdiri atas 2 pasang, maxxilliped yang terdiri dari atas 3 pasang, dan kali jalan yang berdiri atas 5 pasang tiga pasang kaki jalan yang pertama (kaki jalan ke-1, ke-2, ke-3), ujung-ujungnya berlapit yang dinamakan chela.
Dibagian perut (abdomen) terdapat 5 pasang kaki renang (pleopoda) yaitu ruas ke-1 sampai ke-5. sedangkan pada ruas ke-6, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas atau ekor (uropoda). Ujung ruas ke-6 kearah belakang membentuk ujung ekor (telson). Dibawah pangkal ujung ekor terdapat anus.
1) Alat Kelamin
Udang jantan dan udang betina dapat dibedakan dengan melihat alat kelamin luarnya. Alat luar jantan disebut petasma, yang terdapat pada kaki renang pertama, sedangkan lubang saluran kelaminnya terletak diantara pangkal kaki jalan ke-4 dan ke-5 sedangkan lubang saluran kelaminnya terletak diantara pangkal kaki jalan ke-3
Alat kelamin primer yang disebut gonade terdapat di dalam bagian kepala dada. Pada udang jantan yang dewasa, gonade akan menjadi testes yang berfungsi sebagai penghasil mani (sperma), sedangkan pada udang betina gonade akan menjadi ovarium (indung telur) yang berfungsi untuk menghasilkan telur, ovarium yang telah matang akan meluas sampai ke ekor.
b. Sifat dan kelakuan
Beberapa sifat dan kelakuan udang penting untuk kita ketahui, apabila kita mau menggarap budidayanya, ketidak tahuan akan hal ini sering membahayakan keselamatan udang yang kita pelihara
1) Sifat Nokturnal
Salah satu sifat penting dan perlu kita perhatikan adalah sifat nocturnal yaitu sifat binatang yang aktif mencari makanan pada waktu malam. Pada waktu siang mereka lebih suka beristirahat, baik membenamkan diri di dalam Lumpur maupun menempel pada sesuatu benda yang terbenam dalam air.
Dalam keadaan normal, yaitu apabila keadaan lingkungannya cukup baik, udang jarang sekali menampakkan diri pada waktu siang. Apabila di dalam suatu tambah udang tampak aktif bergerak pada waktu siang, ini menunjukkan suatu tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres, mungkin karena makanannya kurang, kadar garam meningkat, suhu naik, oksigen kurang, ataupun karena timbul senyawa-senyawa beracun, seperti asam sulfide (H2S), zat asam arang (CO2) amoniak (N2H3) dan lain-lain.
2) Sifat Kanibalisme
Sifat yang umum pula terdapat pada udang adalah sifat kanibalisme, yaitu suatu sifat suka memangsa jenisnya sendiri. Sifat ini sering timbul pada udang yang sehat yang tidak sedang ganti kulit, sasarannya udang-udang yang kebetulan sedang ganti kulit.
Dalam keadaan kekurangan makanan, sifat kanibalisme akan tampak lebih lebih nyata. Sifat demikian ini sudah mulai tampak pada waktu udang masih burayak, yaitu mulai tingkatkan mysis. Untuk menghindari kanibalisme udang-udang yang sedang ganti kulit biasanya mencari tempat untuk bersembunyi.
3) Ganti Kulit
Udang mempunyai kerangka luar yang keras (tidak elastis) oleh karena itu, untuk tumbuh menjadi besar mereka perlu membuang kulit lama, dan menggantinya dengan kulit baru peristiwa ini dikenal sebagai pergantian kulit (ecdysis) udang muda yang pertumbuhannya masih pesat, lebih sering berganti kulit dari pada udang dewasa.
Menjelang ganti kulit, garam-garam anorganik dari kulit lama diserap, sedangkan kulit baru yang masih lunak berbentuk dibawah kulit lama, otot-otot anggota tubuh melemas, sehingga memungkinkan terlepasnya anggota-anggota tersebut dari kulit lama. Pada waktu kulit baru masih lunak, pertumbuhan luar bisa terjadi dengan menyerap air.
c. Makanan
 Secara alami pemilihan terhadap jenis makanan sangat berfariasi, tergantung pada tingkatan umur udang yang bersangkutan. Pada waktu masih burayak, makanan utamanya plankton, baik plankton nabati maupun plankton hewan.
Udang dewasa suka makan daging binatang lunak atau moluska (kerang, tirami, siput), cacing annelida, yaitu cacing polyhaeta udang-udang (crustacea), anak seranggga. Didalam budidaya udang dapat makan makanan alami yang tumbuh di tambak, seperti kelakap, lumut, plankton dan binatang-binatang penghuni dasar perairan (benthos). Burayak tingkat nauplus masih belum perlu makan, karena masih mempunyai cadangan makanan di dalam kantung kuning telurnya. Setelah menjadi zoea, mereka mulai mencari makanan, sebab persediaan makanannya sudah habis.

2. PENYEBAB PENYAKIT UDANG
Selama masa pemeliharaan udang, tidak jarang kita menghadapi timbulnya udang-udang yang sakit. Bahkan sering menimbulkan kematian yang tidak sedikit. Penyakit udang dapat disebabkan oleh berbagai jenis penyakit seperti protozoa, bakteri, cendawan, dan atau virus. Sebenarnya diair terdapat bibit – bibit penyakit itu juga. Apabila kondisi air tempat hidup udang selalu baik, dan udang memperoleh pakan yang bergizi baik, tentu udang tidak akan sakit. Hampir  semua pakar berpendapat bahwa mencegah penyakit labih baik dari pada mengobati. Maka yang paling bagus adalah menjaga kualitas air tambak, yaitu dengan cara mengganti air sebagian dan seluruhnya sesering mungkin, terutama bila terlihat kondisi air menurun, kondisi air yang menurun ini dapat dimonitor / dilihat setiap saat.
Ada suatu atau beberapa gejala kelainan pada udang yang dipelihara di tambak yaitu yang disebabkan oleh keadaan kualitas air yang kurang memenuhi syarat untuk pertumbuhan / kehidupan udang akibatnya udang menunjukkan kelainan-kelainan yang berakibat produksi menurun atau kualitas udang yang dihasilkan menjadi kurang baik.
Sebagai contoh adalah pada air yang banyak kotoran berupa partikel / butir-butir lembut bahan-bahan organic atau Lumpur, menyebabkan gejala ingsang hitam, kalau air tambak diganti dengan air baru sehingga air menjadi jernih, maka gejala itu hilang, namun kalau terlambat mengganti air, sehingga didalam tambak itu terlanjur banyak bakteri dan jamur, maka ingsang yang menghitam itu tidak dapat hilang walaupun airnya diganti, dan selanjutnya udang mati semua sedangkan udang yang dipelihara dalam kepadatan tinggi, hampir tidak mungkin dapat disembuhkan.
Penyakit udang yang disebabkan oleh jamur dapat menghinggapi kulit dan ingsang. Jamur itu hanya dapat terlihat di bawah mikroskop, inipun juga diakibatkan oleh air tambak yang banyak mengandung partikel kotoran-kotoran organik.

3. PROSES PEMUPUKAN TAMBAK

Sekarang Indonesia telah memasuki “Era Tambak Intensif” atau modern. Produksi tambak sepenuhnya didasarkan pada pakanbuatan yang bergizi tinggi saja dan tambak itu tidak di pupuk. Namun sebagian pertambakan diseluruh Indonesia yang luasnya lebih dari 200.000 Ha itu masih banyak sekali yang diselenggarakan dengan cara semi intensif. Pada system semi intensif kesuburan alamiah masih dimanfaatkan. Makanan alami sedapat mungkin dan sebanyak mungkin ditumbuhkan dengan pemupukan. Dengan pemupukan ternyata biaya produksi lebih murah dibandng dengan biaya produksi untuk tambak intensif.
Pada budi daya udang system intensif biaya produksi mencapai              Rp. 7.000,- – Rp. 8.000,-/Kg udang (1987), sedangkan pada tambak sistem semi – intensif biaya produksi hanya Rp. 3.500,- sampai 4.500,- /Kg udang saja. Hanya saja produksi per-ha yang 300 Kg – 500 Kg / ha / Musim.
Pemupukan dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan pakan alami di tambak, jenis pakan alami untuk udang dan juga ikan banding ditambak ialah kelekap. Plankton, lumut dan binatang, binatang yang banyak hidup didasar tambak seperti cacing-cacing, larva serangga dan siput-siput kecil.
Pakan yang paling baik untuk udang (dan juga ikan banding) adalah kelekap, karena kelekap itu terdiri dari campuran alga / gangga kersik dan berbagai binatang renik yang tersebut diatas. Kelekap pertumbuhannya yang paling bagus pada tambak yang kadar garamnya agak tinggi (28-300/00) dan airnya dangkal. Untuk tambak semi intensif yang pada umumnya ada bagian yang dangkal yaitu pelataran 30-50 cm dalamnya, merupakan tempat untuk menumbuhkan kelekap. Bagian tambak yang dalam yaitu coren atau parit keliling yang dalamnya 75-100 cm, merupakan tempat yang baik untuk udang berlindung dari terik matahari di siang hari.
Dibagian tambak yang dalam itu kelekap kurang baik tumbuhnya, sedangkan plankton nabati tumbuh lebih subur sehingga air tambak berwarna hijau kekuning-kuningan. Plankton nabati itu tidak langsung dimakan oleh udang, melainkan menjadi makanan seperti binatang-binatang dasar (bentos), serangga, siput-siput, dan sebagainya yang menjadi makanan udang.

0 komentar:

Posting Komentar