Sabtu, 19 Mei 2012

Makalah Hubungan Berbahasa, Berpikir dan berbudaya

KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena banyak nikmat yang tak terhitung telah diberikan kepada kami, salah satunya adalah dengan terselesaikannya tugas makalah Psikolinguistik.

Tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu atas terselesaikannya makalah ini

Penyusun berharap makalah ini dapat mengembangkan pengetahuan kita terhadap materi Hubungan Berbahasa, Berpikir, dan Berbudaya.

Kritikan yang membangun, informasi, dan gagasan-gagasan yang inovatif tetap kami harapkan dari kalian semua, agar dikemudian hari kami bisa menjadi lebih baik. Akhirnya semoga Allah selalu memberikan kesuksesan kepada kita. Amiin

Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

BAB II PENBAHASAN
2.1 HUBUNGAN BERBAHASA, BERPIKIR, DAN BERBUDAYA
2.1.1 Teori Wilhelm Von Humboldt
2.1.2 Teori Sapir-Whorf
2.1.3 Teori Jean Piaget
2.1.4 Teori L.S. Vygotsky
2.1.5 Teori Noam Chomsky
2.1.6 Teori Eric Lenneberg
2.1.7 Teori Bruner
2.1.8 Kekontroversian Hipotesis Sapir-Whorf

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu memahami bahasa akan memungkinkan peneliti untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia. Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Suriasumantri, 1998). Ernst Cassier menyebut manusia sebagai animal symbolicum, makhluk yang menggunakan simbol. Secara generik ungkapan ini lebih luas daripada sekedar homo sapiens. Bagi Cassier, Keunikan manusia sebenarnya bukanlah sekedar terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannnya berbahasa. Seorang filosof kenamaan, Gadamer, menyatakan bahwa status manusia tidak dapat melakukan apa-apa tanpa menggunakan bahasa. Dalam satu pernyataannya yang terkenal, secara jelas pula seorang filosof bahasa, Ludwid Van Wittgenstein, mengatakan bahwa batas dunia manusia adalah bahasa mereka (Sumaryono, 1993). Sebuah uraian yang cukup menarik mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikir dinyatakan oleh Whorf dan Saphir. Whorf dan Sapir melihat bahwa pikiran manusia ditentukan oleh sistem klasifikasi dari bahasa tertentu yang digunakan manusia (Schlenker, 2004). Menurut hipotesis ini, dunia mental orang Indonesia berbeda dengan dunia mental orang Inggris karena mereka menggunakan bahasa yang berbeda.


Teks Lengkap Silahkan

0 komentar:

Posting Komentar