Rabu, 30 Mei 2012

Istilah Pemahaman Berpidato Bahasa Jawa.


 Istilah Pemahaman Berpidato Bahasa Jawa.
Beberapa istilah yang perlu diperjelas maknanya untuk memperoleh pemahaman yang sama dan tidak memunculkan salah tafsir adalah sebagai berikut.
1.      Pengembangan bahan ajar adalah proses perancangan dan penilaian bahan, alat atau perangkat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar atau segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan instruksional.
2.      Materi berpidato bahasa Jawa adalah kompetensi dasar berbicara bahasa Jawa yang dibelajarkan pada siswa berdasarkan kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa yang disusun dan digunakan oleh MGMP mata pelajaranbahasa Jawa di Kota Bojonegoro.
3.      Multimedia interaktiv adalah media berbantuan komputer (CD ROM) yang mampu memuat berbagai macam bentuk penyajian audio dan video yang memungkinkan pengguna melakukan interaksi dan menentukan alur belajar terhadap media tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
4.      Berpidato adalah kegiatan berbicara dalam kelompok dg tujuan dan tata cara tertentu
Salah satu bahasa daerah yang saat ini perlu untuk diperhatikan pelestariannya adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa adalah bahasa yang berkembang di pulau Jawa yang berkembang bersama budaya orang Jawa. Apabila kita memperhatikan perkembangan bahasa Jawa, kita akan melihat realitas yang memprihatinkan. Pulau Jawa adalah pulau yang menjadi tempat terjadinya pergesekan bermacam-macam budaya. Hal ini terjadi karena pulau Jawa menjadi pusat aktivitas perkembangan negara Indonesia misalnya pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian, dan pusat pendidikan.
Kondisi ini menempatkan pulau Jawa sebagai daerah tujuan utama mobilitas manusia danbudaya. Pulau Jawa dibanjiri manusia dan komunitas yang berasal dari berbagai latarbelakang budaya. Sehingga budaya Jawa harus bersiap-siap untuk bersinggungan dengan budaya-budaya itu. Hal ini berarti perkembangan kelestarian bahasa Jawa pun terancam.Saat ini bahasa Jawa mengalami tingkat kompetisi yang tinggi di antara bahasa-bahasa yang berkembang di masyarakat, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Cina, bahasa Melayu, dan bahasa-bahasa lokal yang lain.
Data lain menunjukkan bahwa  menurut Kongres Bahasa Jawa ke IV, pemerintah pusat dianggap tidak terlalu memperhatikan perkembangan pendidikan bahasa daerah untuk melestarikan bahasa-bahasa itu. Kongres Bahasa Jawa (KBJ) IV di Semarang tanggal 10 – 14 September 2006 menilai bahwa bahwa lembaga-lembaga formal, seperti Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Pusat Bahasa dan Balai-Balai Bahasa lebih memperhatikan bahasa nasional dibandingkan pengembangan bahasa lokal khususnya bahasa Jawa.
Sejak Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diberlakukan, bab-bab yang sifatnya kedaerahan pembelajarannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Sementara itu, Pemerintah Daerah lebih memperhatikan aspek social ekonomi dan sosial politik dengan memandang sebelah mata aspek sosial budaya, termasuk bahasa daerah; hal ini menyebabkan bahasa dan sastra Jawa semakin meredup perkembangannya.
Budayawan Darmanto Jatman mengingatkan, jika tidak ingin punah, bahasa Jawa seharusnya mengikuti perkembangan zaman. Tidak perlu dimunculkan fundamentalisme Jawa, yakni merasa cuma bahasa Jawa yang mengikuti pakem, yang ndakik-dakik, yang dinilai halus tutur katanya, yang boleh dipergunakan dan diperkenalkan kepada masyarakat . Pandangan ini menempatkan usaha pengembangan-pengembangan pembelajaran bahasa Jawa harus dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Senada dengan yang disampaikan oleh budayawan Darmanto Jatman, Adipitoyo dalam makalahnya yang disajikan dalam Kongres Bahasa Jawa ke III tahun 2001 di Yogyakarta menyampaikan perlu adanya aktualisasi dan faktualisasi pembelajaran bahasa Jawa agar bahasa Jawa mampu bertahan. Adipitoyo (2001) menyatakan bahwa pengajaran bahasa Jawa di sekolah lebih banyak berisi konsep-konsep tentang struktur bahasa Jawa yang artifisial berdasarkan tatabahasa tradisional.
Di samping itu, juga kurang memperhatikan minat dan kebutuhan siswa serta latar belakang kebahasaannya.Hal lain yang juga sering dilupakan adalah perspektif kehidupan bahasa Jawa dewasa ini. Kenyataan itu menjadikan sekolah terasing dari masyarakat penutur bahasa Jawa danpengajaran bahasa Jawa menjadi pengajaran ilmu bahasa dan sastra Jawa. Oleh karena itu, pengajaran bahasa Jawa di sekolah perlu diaktualkan dan difaktualkan.
Pengajaran bahasa Jawa di sekolah perlu didasarkan pada bahasa Jawa sebagai bahan pembelajaran bahasa, hasil pembelajaran bahasa, dan pengajaran bahasa. Bahasa Jawa sebagai bahan pembelajaran bahasa adalah kesatuan antara sistem dan kaidah, fungsi, dan realisasinya dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa. Sebagai bentuk kesatuan itu, maka bahasa Jawa harus dipelajari selaras dengan pengalaman kebahasaan sebagaimana ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.  
Penggunaan bahasa tidak dapat dilepaskan dari pemahaman sistem dan kaidah, kebermaknaannya dalam konteks kehidupan, dan penguasaan wujud ujarannya, serta penyikapan berbagai bentuk kemampuan menyangkut kiat berbahasa sebagai satu keutuhan. Bahasa Jawa sebagai hasil pembelajaran bahasa merupakan kemampuan berinteraksi dengan menggunakan bahasa Jawa dalam peristiwa komunikasi; atau berupa kompetensi kontekstual dan sosiolinguistik (fungsional) di samping kompetensi linguistik.
Departemen Pendidikan di beberapa daerah memang memberlakukan mata pelajaran bahasa daerah untuk mewadahi pelestarian bahasa daerah, namun dalam perjalanannya ternyata tidak jarang pembelajaran bahasa daerah masih kurang maksimal.
Wulandari (2003), mengemukakan bahwa pembelajaran bahasa Jawa mengalami hambatan-hambatan yang berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran bahasa Jawa. Hambatan-hambatan itu, misalnya meliputi kurangnya ketersediaan bahan belajar/buku, kurangnya frekuensi parasiswa menggunakan bahasa Jawa dalam berinteraksi dan berkomunikasi, dan kurangnyakompetensi pengajar bahasa Jawa di sekolah yang berlatarbelakang mengajar bahasa Jawa.

0 komentar:

Posting Komentar