Senin, 21 Mei 2012

Cerpen Pemuda Bertato


PEMUDA BERTATO

Tubuhnya lemas terkulai di atas ranjang yang tak begitu lebar. Mata sayupnya menatap langit-langit bercat putih pucat. Tatapan mata yang tidak direncanakan membuat angannya semakin membayang wajah ayahnya yang meninggal bulan lalu. Sekujur tubuhnya larut dalam lamunan. Tentang kebahagiaan dan masa-masa manis ketika mendiang masih di sisinya.
Gerimis malam kian memperpanjang pengembaraan. Kilatan cahaya yang disusul sambaran petir membuatnya kembali ke alam radar.
“Tidak ada gunanya membayangkan yang sudah berlalu. Hanya sebuah kebodohanlah lari dari kenyataan,” gumam Alamsah dalam hati. Seketika dia sadar terhadap kebodohannya.
Kehidupannya terasa berbalik dari utara ke selatan. Dulu Alamsah dikenal sebagai anak manja. Maklum gaji ayahnya yang kolonel angkatan laut lebih dari cukup untuk memanjakannya. la masa bodoh uang dari mana asalnya. Yang penting kebutuhan seharihari terpenuhi. Tiap hari waktunya hanya dihabiskan untuk sekolah. Malam hari jalan jalan di Pusat pertokoan kota. Alamsah tidak pernah berpikir bagaimana jika ayahnya telah tiada. Masa mudanya ia habiskan untuk bersenang-senang bersama teman-temannya yang rata rata berekonomi mapan.
Sekarang keadaan telah berubah. Kematian sang ayah karena agal ginjal telah memupuskan kebahagian Alamsyah. Jika dulu kebutuhan pakaian, uang sekolah, uang keluyuran serba tercukupi, sekarang serba lain. Uang SPP sekolahnya sudah menunggak entah beberapa bulan. Surat dari kepala sekolah pun telah diterimanya. Ia dikeluarkan dari SMU swasta tempat dia bersekolah lantaran SPP tak terbayar. 
Ia terpukul. Namun dalam hati ia tidak terlalu sedih hanya karena soal itu. Sekolah pun tak jaminan. Dia menghibur diri sendiri atas ketidak mampuannya.
“Toh banyak sarjana yang nganggur,” gumamnya menghibur diri.
***
“Seandainya orang kaya itu tidak serakah mengambil pensiunan bapak, nasib ibuku tidak seperti ini,” katanya lirih.
Nyonya Parinah itulah yang merampas gaji pensiunan ayah Alamsah. Ibu Alamsyah sendiri tidak mampu berbuat apa-apa. Sebab Bu Parinah adalah isteri pertama mendiang. Tanpa surat perceraian resmi, mendiang kolonel mengawini ibu Alamsyah.
Wajah nyonya Parinah dimata Alamsyah tidak lebihnya seperti tikus rakus. 
“Dasar tikus tamak. Orang kaya masih tega memeras orang miskin,” umpat Alamsah.
Kini Alamsah tidak waktunya lagi untuk bersantai-santai. Sebagai anak pertama ia harus bisa menghidupi ibu dan adik-adiknya yang masih kecil-kecil.
Ia tidak dapat menolak sebagai kuli bangunan setelah susah payah pekerjaan diburu. Entah sudah berapa lamaran yang la tulis Tak satupun yang ditanggapi oleh perusahaan. Sangat terpaksa ia harus menerima pekerjaan yang dianggapnya sangat berat itu.
Sudah satu bulan ia menjalani sebagai kuli batu. Dia yang dulu dikenal sebagai anak kolonel Prawoto sekarang lain. la lebih dikenal dengan Alamsah kuli batu. Panggilan yang dianggapnya kurang terhormat mendorong batinnya untuk berpindah pekerjaan.

“Namun aku harus bagaimana. Kuli ini pun jika tak ditolong Pak Darji juga tidak bisa. Memang repot aku. Mencari pekerjaan tak hanya mengandalkan kerja keras. Harus ada koneksi atau uang pelicin.”
Tidak tahu siapa yang mengubah nasibnya. Pemuda berperawakan tampan itu sekarang telah menjadi kernet motor angkutan barang. Pekerjaan barunya membuatnya lebih senang dari pada jadi kuli bangunan. Petualangan di jalan raya membuat sikapnya berubah. Kini dia tidak suka mengeluh lagi. Jiwanya menjadi berubah keras berkat gemblengan alam jalanan. Hidup dianggapnya sebagai petualangan. Berakhir sampai saat kematian.
Penghasilannyapun lebih baik. Tiap dua atau tiga minggu sekali ia pulang memberi kiriman kepada ibu dan adik-adiknya.
Sang ibu kaget melihat penampilan anaknya. Wajahnya semakin hitam. Rambutnya panjang lusuh. Bajunya dekil penuh debu jalannan. Hati sang ibu semakin tak tega melihat Alamsah.
“Kasihan kau Nak. Kau harus membanting tulang menghidupi keluarga,” kata ibunya menjelang tidur.
Namun perasaan itu harus terkubur dalam-dalam. Hanya Alamsah satu-satunya sandaran keluarga.


Teks Lengkap Silahkan Download Di Sini

0 komentar:

Posting Komentar